(I) Penalaran
Ilmiah
Penalaran (reasioning) adalah Proses berpikir yang sistematik dalam logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Penalaran (reasioning) adalah Proses berpikir yang sistematik dalam logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
§ Metode dalam menalar
·
Metode induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan
permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta)
yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum. Paragraf Induktif
sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni
paragraf generalisasi, paragraf
analogi, paragraf sebab akibat bisa juga
akibat sebab.
Contoh : Sekarang
makin banyak pengguna internet membuat blog. Ada berbagai tujuan mereka membuat
blog, mulai dari sekedar sharing, menulis, hobi dan ada juga menggunakan
internet sebagai bisnis. Manfaat blog juga banyak, salah satunya adalah
meningkatkan minat baca dan menjadi ladang ilmu. Hal ini menandakan blog sangat
bermanfaat.
§ Contoh
generalisasi:
Jika ada udara, manusia akan
hidup.
Jika ada udara, hewan akan
hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan
hidup.
∴ Jika ada
udara mahkluk hidup akan hidup.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan
arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media
hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan
penanda status sosial.
Definisi Proposisi
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau
dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai
hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
- Subyek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
- Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
- Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.
Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana. Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan
dengan pembilang.Kemudian kata manusia
berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah
merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.
Ø Jenis-Jenis
Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
• Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
• Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
- Tunggal adalah
proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya
mengandung satu pernyataan.
Contoh :
o Semua petani harus bekerja keras.
o Setiap pemuda adalah calon pemimpin - Majemuk atau jamak
adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu
predikat.
contoh :
o Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
o Paman bernyanyi dan menari.
Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan
"proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak seharusnya sama.
Definisi inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
Ø Contoh
inferensi :
Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF.
Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
• Semua apel biru.
• Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.
Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk inferensi INDUKTIF.
Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang benar,yang dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi logika berkaitan dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan. Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
• Semua apel biru.
• Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.
Definisi Implikasi
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (=inferensi). Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian yang baru dilakukan.
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (=inferensi). Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil penelitian yang baru dilakukan.
Macam –
macam implikasi
1. Implikasi Teoritis
Pada
bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi teoretikal
dari penelitian ini.Bertujuan untuk meyakinkan penguji pada mengenai kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian, tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang relevan
dengan bidang kajian utama yang disajikan dalam model teoritis.
2. Implikasi Manajerial
Pada
bagian ini peneliti menyajian berbagai implikasi kebijakan yang dapat
dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi
manajerial memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.
3. Implikasi Metodologi
Bagian ini
bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai metodologi yang
digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat disajikan penjelasan mengenai bagian-bagian metode penelitian mana yang
telah dilakukan dengan sangat baik dan bagian mana yang relatif sulit serta
prosedur mana yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai kesulitan itu
yang sebetulnya tidak digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode
penelitian. Peneliti dapat menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan
yang dapat digunakan dalam penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk
memudahkan atau untuk meningkatkan mutu dari penelitian
Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada,
yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi
merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami
suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi
pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun
petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan. Data dan informasi yang di gunakan
dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
di gunakan sebagai evidensi.
Cara pengujian evidensi :
Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan
fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu
sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian
tersebut.(Observasi,Kesaksian,Autoritas)
Cara Menguji Faktor :
Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan
fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian.
1. Konsistensi
Melakukan suatu kegiatan secara terus
menerus dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan batasan
yang telah di tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah
dilontarkan. konsisten salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah
untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di
tentukan.
- Koherensi
Bagaimana membuat peralihan-peralihan
yang jelas antar ide-ide, membuat hubungan yang jelas antar kalimat
dari sebuah paragraph dan membuat hubungan antar paragraph jelas dan
mempermudah para pembaca untuk mengerti. Koherensi haruslah jelas, lengkap,
susunan serta pengembangan materinya harus logis.
Cara Menguji Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula
apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara
sebagai berikut :
- Tidak mengandung prasangka
pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para
ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
- Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan
yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus
dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang
diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan
pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
- Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau
pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik
kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
- Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap
terakhir dalam bidang itu.
(II) Memahami Pola Penalaran
Penalaran
merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik
kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya
kepada orang lain.
Pola
penalaran secara sederhana dibedakan menjadi dua: 1) deduktif; dan 2) induktif.
Pola penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi secara
etimologis berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan
pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum/universal. Perihal khusus
tertsebut secara implisit terkadung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi
merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau
individual.
Silogisme
sebagai Bentuk Hasil Penalaran Deduktif
Silogisme
merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas
pernyataan-pernyataan (proposisi-> yang kemudian disebut premis) sebagai
antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga akhirnya membentuk suatu
kesimpulan (keputusan baru) sebagai konklusi atau konsekuensi logis. Keputusan
baru tersebut selalu berkaitan dengan proposisi yang digunakan sebagai dasar
atau dikemukakan sebelumnya. Oleh karena hal tersebut, perlu dipahami hal-hal
teknis berkaitan dengan silogisme sehingga penalaran kita benar dan dapat
diterima nalar.
Sehubungan dengan
hal tersebut perlu diperhatikan konsep-konsep berikut ini.
1. Pernyataan
pertama dalam silogisme disebut premis mayor, sedangkan pernyatan kedua disebut
premis minor.
2. Dalam
silogisme hanya terdapat tiga term(batasan), yaitu term I=>predikat dalam
premis mayor (B), term II=> predikat dalam premis minor (C), dan term
III/antara, yaitu term yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor
(A)
3. Dalam sebuah
silogisme hanya ada tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan.
4. Bila kedua
premis negatis tidak dapat ditarik kesimpulan
5. Bila salah
satu premisnya negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
6. Bila salah
satu premis partikular, kesimpulan tidak sahih.
7. Kedua premis
tidak boleh partikular
8. Rumus:
PM (premis mayor)
: A = B
Pm (premis minor)
: C = A
Kesimpulan : C =
B
Macam – macam silogisme:
1.
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.
Contoh :
Semua mamalia
binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi,
kerbau binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
2. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
3.
Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan
premis minornya merupakan pernyataan kategoris. Contoh silogisme hipotesis:
·
Jika hari ini
tidak hujan, saya akan ke rumah paman (premis mayor)
·
Hari ini tidak
hujan (premis minor)
·
Maka, saya akan
kerumah paman (kesimpulan).
(III) Konsep
generalisasi
Generalisasi adalah suatu penalaran yang
menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dari premis-premis yang berupa
proposisi empiris. Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi dapat dirumuskan
”sesuatu yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan
akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”
Contoh dari generalisasi :
– aluminium jika dipanaskan akan memuai
– besi jika dipanaskan akan memuai
– tembaga jika dipanaskan akan memuai
– nikel jika dipanaskan akan memuai
– aluminium jika dipanaskan akan memuai
– besi jika dipanaskan akan memuai
– tembaga jika dipanaskan akan memuai
– nikel jika dipanaskan akan memuai
Generalisasinya, yaitu semua
logam jika dipanaskan akan memuai.
Analogi
Analogi dalam bahasa indonesia ialah
‘kias’ (Arab: qasa = mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah
berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain, dan dua
hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang lain. Analogi dapat
dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagi penjelasan
biasanya disebut perumpamaan atau persamaan.
Analogi kadang-kadang disebut juga
analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain
yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang
pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian pengertian analogi
jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam
setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsure yaitu: peristiwa
pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
bdan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam - macam hubungan kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam - macam hubungan kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Induksi
Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana
isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian
dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan
ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses
kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan
topik/tema
• Menetapkan
tujuan
• Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
• Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi.
Referensi :
Komentar
Posting Komentar