Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah :
Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Penalaran Deduktif dan Induktif
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir di mana orang memulai dari pernyataan yang umum menuju pernyataan yang khusus (spesifik) dengan menggunakan aturan-aturan logika yang dapat diterima. Contoh :
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Scorates adalah seorang manusia (premis minor)
Scorates pasti mati (kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dikatakan penarikan kesimpulan secara langsung bila ditarik dari satu premis, sedangkan bila ditarik dari dua premis disebut secara tidak langsung.
Menarik Kesimpulan secara Langsung
Konversi
Konversi merupakan penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Subjek premis menjadi predikat kesimpulan.
Predikat premis menjadi subjek kesimpulan.
Kualitas premis sama dengan kualitas kesimpulan.
Term yang tidak tersebar dalam premis juga tidak tersebar dalam kesimpulan.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah semua S adalah P (premis) dan sebagian P adalah S (kesimpulan).
Contoh:
Semua kursi untuk tempat duduk. (premis)
Sebagian tempat duduk adalah kursi. (kesimpulan)
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah tak satupun S adalah P (premis) dan tak satupun P adalah S (kesimpulan).
Oversi
Oversi merupakan cara penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Subjek premis sama dengan subjek kesimpulan.
Predikat kesimpulan kontradiktori dengan predikat premis.
Kualitas kesimpulan kebalikan dari kualitas premis.
Kuantitas kesimpulan sama dengan kuantitas premis.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah semua S adalah P (premis) dan tidak satupun S adalah tak P (kesimpulan).
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya.
Tak satupun rudal yang bukan senjata berbahaya.
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah tidak satupun S adalah P (premis) dan semua S adalah tak P (kesimpulan).
Kontraporsisi
Kontraporsisi merupakan jenis pengambilan kesimpulan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Subjek kesimpulan adalah kontradiktori predikat premis.
Predikat kesimpulan adalah subjek premis.
Kualitas kesimpulan tidak sama dengan kualitas premis.
Tidak ada term yang tersebar.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah semua S adalah P (premis), tidak satupun S adalah tak P (kesimpulan) dan tidak satupun tak P adalah S (kesimpulan).
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai.
Tidak satupun gajah adalah tak berbelalai.
Tidak satupun (yang) tak berbelalai adalah gajah.
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah tidak satupun S adalah P (premis), semua S adalah tak P (kesimpulan) dan sebagian tak P adalah S (kesimpulan).
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial terdiri atas dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai kesimpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor, sedangkan yang bersifat khusus disebut premis minor. Adapun dalam kesimpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek kesimpulan disebut term minor, sedangkan predikat kesimpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua binatang berjenis jantan dan betina (premis mayor)
Sapi adalah binatang (premis minor)
Jadi, sapi berjenis jantan dan betina (kesimpulan)
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis merupakan bentuk silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Pada silogisme hipotesis ini, bila premis mayornya membenarkan anteseden, maka kesimpulannya akan membenarkan konsekuen. Bila premis minornya menolak anteseden, maka kesimpulannya akan menolak konsekuen.
Contoh:
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas dibakar.
Jadi, kertas hangus.
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas tidak dibakar.
Jadi, kertas tidak akan hangus
.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif ditandai dengan premis mayor alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia seorang guru.
Jadi, dia bukan seorang pengusaha.
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia bukan seorang guru.
Jadi, dia seorang pengusaha.
Entimen
Biasanya, silogisme jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, dalam penarikan kesimpulan tidak mengeksplisitkan premis mayor. Hal ini dikarenakan oleh telah diketahuinya sifat dalam premis mayor tersebut. Dengan demikian, yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Semua peserta upacara ikut berbaris.
Raehani adalah peserta upacara.
Jadi, Raehani ikut berbaris.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, contoh silogisme di atas lebih banyak diungkapkan dalam entimen demikian: “Raehani ikut berbaris karena peserta upacara.” atau “Karena sebagai peserta upacara, Raehani ikut berbaris.”
Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang umum. Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut:
Generalisasi
Generalisasi merupakan proses penalaran yang betumpu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, kawat memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jadi, jika dipanaskan, benda logam memuai.
Analogi
Analogi merupakan proses penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau yang memiliki kemiripan dalam hal-hal tertentu. Apa yang berlaku pada hal yang satu akan berlaku juga pada hal yang lain karena dua hal tersebut memiliki kemiripan.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah bentuk penalaran dengan cara mengaitkan gejala-gejala yang saling berhubungan dalam hukum kausalitas. Penalaran dalam bentuk hubungan kausal ini dapat bertolak dari sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab.
Misalnya, bila kita bakar kayu tentu akan muncul asap (sebab-akibat). Bila dari kejauhan kita tahu ada asap membumbung ke angkasa, maka kita bisa menyimpulkan bahwa di bawahnya terdapat api (akibat-sebab)
Inti/isi karangan Ilmiah
Bagian isi ialah bagian inti dalam karya ilmiah yang meliputi bab pendahuluan, bab landasan teoretis, bab objek lokasi penelitian (khusus praktik kerja), bab pembahasan (analisis data), dan bab penutup. Dengan kata lain, bagian isi merupakan penelitian si penulis.
Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi karangan ilmiah. Bab ini juga memuat landasan kerja dan arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.
Pada bagian ini, diuraikan (a) masalah yang akan diteliti, (b) contoh masalah, (c) penjelasan tentang dipilihnya masalah ini bagi penulis atau pun bagi orang lain, dan (d) argumentasi yang logis antara data (realitas) dan teori (harapan).
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan dicapai atau dihasilkan dalam penelitian ini(harus sejalan dengan identifikasi masalah), sedangkan kegunaan penelitian merupakan penegasan tentang manfaat yang akan dicapai baik secara teoretis maupun secara praktis.
Kerangka teori berisikan prinsip-prinsip teori (dari para ahli) yang dijadikan dasar untuk menganalisis data.
1). Klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan bersifat unik.
2). Jenis Klasifikasi
Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis (dichotomous classification dichotomy).
Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri.
3). Persyaratan Klasifikasi
Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan:
• Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda (gejala) yang diklasifikasikan.
• Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.
• Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali.
Salah Nalar
Kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran disebut sebagai salah nalar. Ada dua jenis kesalahan menurut penyebabnya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan kesalahan karena materi dan proses penalarannya yang merupakan kesalahan formal.
a). Kesalahan Informal
Kesalahan informal biasanya dikelompokkan sebagai kesalahan relevansi. Kesalahan ini terjadi apabila premis-premis tidak mempunyai hubungan logis dengan kesimpulan. Yang termasuk ke dalam jenis kesalahan ini adalah:
Argumentum ad Hominem, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada diri orang". Artinya, kesalahan itu terjadi bila seseorang mengambil keputusan atau kesimpulan tidak berdasarkan penalaran melainkan untuk kepentingan dirinya, dengan mengemukakan alasan yang tidak logis.
Argumentum ad Baculum, kesalahan yang terjadi apabila suatu keputusan diterima atau ditolak karena adanya ancaman hukuman atau tindak kekerasan.
Argumentum ad Verucundiam atau Argumentum Adictoritatis, kesalahan yang terjadi apabila seseorang menerima pendapat atau keputusan dengan alasan penalaran melainkan karena yang menyatukan pendapat atau keputusan itu adalah yang memiliki kekuasaan.
Argumentum ad Populum, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada rakyat". Artinya, argumentasi yang dikemukakan tidak mementingkan kelogisan; yang penting agar orang banyak tergugah. Hal ini sering dilakukan dalam propaganda.
Argumentum ad Misericordiam, argumentasi dikemukakan untuk membangkitkan belas kasihan.
Kesalahan Non-Causa Pro-Causa, kesalahan ini terjadi jika seseorang mengemukakan suatu sebab yang sebenarnya merupakan sebab atau bukan sebab yang lengkap.
Kesalahan Aksidensi, kesalahan terjadi akibat penerapan prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental, yaitu suatu keadaan atau kondisi kebetulan, yang tidak seharusnya, atau mutlak yang tidak cocok.
Petitio Principii, kesalahan ini terjadi jika argumen yang diberikan telah tercantum di dalam premisnya. Kadang-kadang petitio principii ini berwujud sebagai argumentasi berlingkar: A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D dan D disebabkan A.
Kesalahan Komposisi dan Divisi, kesalahan komposisi terjadi jika menerapkan predikat individu kepada kelompoknya sementara kesalahan divisi terjadi jika predikat yang benar bagi kelompok dikenakan kepada individu anggotanya.
Kesalahan karena Pertanyaan yang Kompleks, pertanyaan yang dimaksud ini bukan dinyatakan dengan kalimat kompleks saja, namun yang dapat menimbulkan banyak jawaban.
Non Secuitur (Kesalahan Konsekuen), kesalahan ini terjadi jika dalam suatu proposisi kondisional terjadi pertukaran anteseden dan konsekuen.
Ignoratio Elenchi, kesalahan ini sama atau sejenis dengan argumentum ad Hominem, ad Verucundiam, ad Baculum, dan ad Populum yaitu tidak ada relevansi antara premis dan kesimpulannya.
b). Kesalahan Formal
Kesalahan ini berhubungan erat dengan materi dan proses penarikan kesimpulan baik deduktif maupun induktif.
1). Kesalahan Induktif
Kesalahan induktif terjadi sehubungan dengan proses induktif. Kesalahan ini terjadi karena:
Generalisasi yang terlalu luas.
Hubungan sebab akibat yang tidak memadai.
Kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan yang ditarik.
2). Kesalahan Deduktif
Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi adalah kesalahan premis mayor yang tidak dibatasi.
Kesalahan term keempat. Dalam hal ini term tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataan.
Kesimpulan terlalu luas atau kesimpulan lebih luas dari pada premisnya.
Kesalahan kesimpulan dari premis-premis negatif.
Penyusunan sintesis
Sintesis
Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.. Metode Sintesis Melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun satu pandangan dunia.
Beberapa contoh dari pernyataan Sintetik adalah :
1. Langit itu biru.
2. Budi adalah pria yang menyebalkan
3. Anjing itu galak
4. Jerapah memiliki empat kaki
Sintesis Menggabungkan atau mengkompromikan dari pernyataan satu kepada pernyataan lain untuk memperoleh kesimpulan yang komprehensif.
Contoh :
1. Ilmu adalah aktifitas
2. Ilmu adalah metode
3. Ilmu adalah produk
Kesimpulanya Ilmu adalah aktifitas, metode dan produk
Sedangkan sintesis dalam penulisan karya ilmiah pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
karangan ilmiah
Skripsi
Skripsi adalah karrya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Tesis
Tesis merupakan karya ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian tehadap suatu hipotesa. jadi misal ada suatu hipotesa atau atau sesuatu yang masih praduga atau butuh diuji kebenarannya maka dilakukanlah pengujian terhadap praduga tersebut. tesis sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. tesis ditulis untuk meraih gelar magister (S2).
Diseratsi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
Tugas Akhir (TA)
Tugas Akhir (TA) adalah hasil tertulis dari pelaksanaan suatu penelitian, yang dibuat untuk pemecahan masalah tertentu dengan menggunkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut.
2. Perbedaan Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Tuags Akhir
Perbedaan dari ketiga jenis karya ilmiah itu secara umum adalah perbedaan dalam mendapatkan gelar. pada skripsi gelar yang akan di dapat adalah sarjana (S1), pada tesis gelar yang dapat diperoleh adalah magister (S2), dan pada disertasi gelar yang didapat adalah doktor (S3).
Selain perbedaan gelar yang didapat ketiga karya ilmiah tersebut memilik perbedaan lainnya.disertasi bobot akademisnya lebih besar daripada tesis, dan tesis bobot akademisnya lebih besar dari skripsi. selain itu permasalahan yang dibahas dalam ketiga karya ilmiah itu berbeda. pada disertasi permasalahan yang dibahas lebih luas dan mendalam daripada kedua karya ilmiah lainnya karena hasil dari disertasi merupakan teori baru atau sesuatu yang baru dan asli diciptakan. pada tesis permasalahan yang dibahas lebih mendalam daripada skripsi.
TA dan Skripsi mempunyai kedudukan yang sama dengan mata kuliah yang lain, tetapi berbeda bentuk, proses belajar mengajar dan cara penilaiannya. Bobot TA dan Skripsi ditentuka 4 SKS yang setara dengan kegiatan akademik setiap minggu 16-20 jam selama satu semester atau setara dengan kegiatan 400-500 jam.
TA dan Skripsi merupakan tugas akhir (final assigment) dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Penelitian yang mendasari penulisan TA dan Skripsi ini dapat berupa penelitian dasar (basic research) atau penelitian terapan (applied research) yang didasari oleh minat intlektual mahasiswa.
Karangan Populer
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
Tiga Masalah Pokok Dalam Menulis Karya Ilmiah :
Masalah Empirisme
Masalah empirisme yang dimaksudkan dalam persoalan menulis yang disebabkan oleh pengalaman di lapangan. Ada tiga pokok yang menyebabkan orang sulit membuat tulisan, yaitu keterbatasan penulis mengembangkan ide, pola tulisan kurang standar, dan kurang berbobot substansi tulisan.
Masalah Retorika.
Retorika maksudnya adalah cara mengungkapan ide. Retorika melalui tulisan tertuang dalam bentuk kelancaran ide, linier tidaknya administrasi, pola penyajian data pendukung, dan pola membuat kesimpulan dari suatu argumentasi. Dalam karya ilmiah, retorika yang dianggap memiliki bobot ilmiah ialah tulisan dengan retorika linear. Dalam bentuk tulisan, retorika ini mengacu pada jenis wacana. Setiap jenis wacana mempengaruhi secara jelas bentuk retorika, pilihan kata (diksi), dan tata bahasa yang digunakan penulis. Dalam aspek ini dikenal dengan jenis wacana yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.Perbedaan mendasar antara masing-masing jenis wacana tersebut meliputi empat hal yaitu teknik penyajian alasan (reasoning), teknik memilih urutan penyajian, teknik penggunaan diksi, dan teknik menerapkan gaya tulisan.
Masalah Linguistik. Masalah linguistik berarti masalah penguasaan bahasa. Dalam aspek ini ada empat hal yang dijadikan acuan yaitu sintaksis, gramatika, diksi dan kosa kata dan mekanik.Aspek sintaksis ialah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalmat sederhana, kalimat majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk-kompleks. Penulis harus menunjukkan penguasaan gramatika secara baik, benar dan standar. Kekeliruan menggunakan gramatika ini sangat mengganggu dan menghilangkan ide. Dari aspek pilihan kata, kekeliruan terjadi misalnya dalam penggunaan kata asing.
Contoh karangan ilmiah popular , kita mempunyai keahlian membuat kue dan ingin mengajarkannya kepada orang lain. Kita tulis bahan-bahannya, cara membuat adonan, cara mencetak, cara memanggang, dan cara menyajikannya secara berurutan kemudian dimuat di suatu majalah, jadilah sebuah karya ilmiah populer. Karya ilmiah populer paling sederhana bisa dilihat di majalah-majalah dinding baik di sekolah maupun di rumah sakit. Di rumah sakit biasa ada tulisan-tulisan cara merawat bayi, cara mengatasi demam berdarah, cara mengatasi muntaber, dan lain-lain. Artikel-artikel tersebut termasuk karya ilmiah populer meskipun ditulis dengan bahasa sederhana dan ringkas, tetapi pada dasarnya ditujukan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
Jurnal ilmiah
Jurnal merupakan suatu kutipan dari laporan di dalam jurnal terdapat point-point penting dari laporan tersebut.
Terdapat berbagai jurnal ilmiah yang mencakup semua bidang ilmu, juga ilmu sosial dan humaniora. Penerbitan dalam bentuk artikel ilmiah biasanya lebih penting untuk bidang ilmu pengetahuan alam maupun kedokteran dibandingkan dengan bidang akademik lain.
Di bawah ini adalah contoh jurnal ilmiah : Bidang IPA:
• Astrophysical Journal – astronomi
• Nature – IPA secara umum
• Oikos – ekologi
• Organic Letters – kimia organik
• Science – IPA secara umum
Indonesia juga banyak memiliki jurnal ilmiah, di bidang Kedokteran dan Kesehatan di antaranya : Medical Journal of Indonesia (MJI) Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) Majalah Kedokteran Indonesia Jurnal Kesehatan Andalas.
(9) Ciri-ciri Karya Ilmiah Karya ilmiah menggunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang menggunakan istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang tertentu. Oleh karena itu penulis karya ilmiah hendaknya mengambil topic permasalahan karya ilmiah nya sesuai bidang yang ditekuni agar hasil karya-karya ilmiahnya dapat lebih terperinci dan mendalam. Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah antara lain : 1. Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan makna yang sama oleh pembaca. 2. Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnya kurang menguasai materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yang jelas. 3. Tidak Emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal-hal yang diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pada subjektifitas penulisnya. 4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaa, kata, kalimat dan paragraf. Penulis harus menggunakan bahasa mengikuti kaidah tatabahasa agar tulisannya tidak mengandung salah tafsir bagi pembaca. 5. Penggunaan istilah keilmuan, artinya penulis karya ilmiah harus mempergunakan istilah-istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang yang lain. 6. Bersifat dekoratif, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang hanaya memiliki satu makna. 7. Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan. 8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dalam setiap bab. 9. Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiha hendaknya tidak berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan kepada pembaca. 10. Penggunaaan alimat efektif, artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan (bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat mencapai sasaran(Rahayu, 207 : 50).
Persyaratan Penulis Laporan Ilmiah
Dari persyaratan pembuat laporan seperti yang dikemukakan di atas dapat dikemukakan dalam rumusan lain bahwa penulis laporan ilmiah haruslah memenuhi kriteria berikut.
1. Kesesuaian bidang ilmu penulis laporan atau salah satu anggota tim penulis dengan laporan ilmiah yang ditulisnya. Hal ini berkaitan dengan karakter metode ilmiah yang digunakan dalam laporan ilmiah tersebut.
2. Bagi penulis laporan ilmiah pemula, dapat melihat contoh-contoh laporan ilmiah lain yang memiliki banyak kesamaan kebutuhan dari isi laporannya, atau memastikan apakah dari pemberi perintah memberi suatu pagu sistematika tersendiri.
3. Kesediaan intelektualnya untuk selalu membuka pikiran terhadap hal-hal yang baru, dan memungkinkan untuk mengubah keyakinan intelektualnya.
Persyaratan bagi Pembuat Laporan,menurut Mukayat Brotowidjojo :
• memiliki pengetahuan tangan pertama;
• memiliki sifat tekun dan teliti;
• bersifat objektif;
• kemampuan untuk menganalisis dan menyamaratakan;
• kemampuan mengatur fakta secara sistematis;
• pengertian akan kebutuhan pembaca.
Ciri-Ciri Laporan
menurut Mukayat Brotowidjojo
• pembacanya tertentu;
• berupa laporan panjang;
• sangat objektif;
• bahasa dan nada formal;
• perencanaan mantik.
dalam rumusan lain:
• ditujukan kepada pembaca tertentu;
• sistematika laporan disesuaikan dengan pemberi perintah;
• bahasanya formal,
• memerhatikan kaidah-kaidah ilmiah;
• objektif.
Referensi :
http://zuwaily.blogspot.co.id
http://belajarpsikologi.com/abstrak-contoh-abstrak-penelitian
http://bimbimelevens.blogspot.co.id
https://taufikhidayatzein.wordpress.com
http://www.kompasiana.com
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah :
Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Penalaran Deduktif dan Induktif
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir di mana orang memulai dari pernyataan yang umum menuju pernyataan yang khusus (spesifik) dengan menggunakan aturan-aturan logika yang dapat diterima. Contoh :
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Scorates adalah seorang manusia (premis minor)
Scorates pasti mati (kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dikatakan penarikan kesimpulan secara langsung bila ditarik dari satu premis, sedangkan bila ditarik dari dua premis disebut secara tidak langsung.
Menarik Kesimpulan secara Langsung
Konversi
Konversi merupakan penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Subjek premis menjadi predikat kesimpulan.
Predikat premis menjadi subjek kesimpulan.
Kualitas premis sama dengan kualitas kesimpulan.
Term yang tidak tersebar dalam premis juga tidak tersebar dalam kesimpulan.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah semua S adalah P (premis) dan sebagian P adalah S (kesimpulan).
Contoh:
Semua kursi untuk tempat duduk. (premis)
Sebagian tempat duduk adalah kursi. (kesimpulan)
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah tak satupun S adalah P (premis) dan tak satupun P adalah S (kesimpulan).
Oversi
Oversi merupakan cara penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Subjek premis sama dengan subjek kesimpulan.
Predikat kesimpulan kontradiktori dengan predikat premis.
Kualitas kesimpulan kebalikan dari kualitas premis.
Kuantitas kesimpulan sama dengan kuantitas premis.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah semua S adalah P (premis) dan tidak satupun S adalah tak P (kesimpulan).
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya.
Tak satupun rudal yang bukan senjata berbahaya.
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah tidak satupun S adalah P (premis) dan semua S adalah tak P (kesimpulan).
Kontraporsisi
Kontraporsisi merupakan jenis pengambilan kesimpulan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Subjek kesimpulan adalah kontradiktori predikat premis.
Predikat kesimpulan adalah subjek premis.
Kualitas kesimpulan tidak sama dengan kualitas premis.
Tidak ada term yang tersebar.
Pada proposisi universal afirmatif, polanya adalah semua S adalah P (premis), tidak satupun S adalah tak P (kesimpulan) dan tidak satupun tak P adalah S (kesimpulan).
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai.
Tidak satupun gajah adalah tak berbelalai.
Tidak satupun (yang) tak berbelalai adalah gajah.
Pada proposisi universal negatif, polanya adalah tidak satupun S adalah P (premis), semua S adalah tak P (kesimpulan) dan sebagian tak P adalah S (kesimpulan).
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial terdiri atas dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai kesimpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor, sedangkan yang bersifat khusus disebut premis minor. Adapun dalam kesimpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek kesimpulan disebut term minor, sedangkan predikat kesimpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua binatang berjenis jantan dan betina (premis mayor)
Sapi adalah binatang (premis minor)
Jadi, sapi berjenis jantan dan betina (kesimpulan)
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis merupakan bentuk silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Pada silogisme hipotesis ini, bila premis mayornya membenarkan anteseden, maka kesimpulannya akan membenarkan konsekuen. Bila premis minornya menolak anteseden, maka kesimpulannya akan menolak konsekuen.
Contoh:
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas dibakar.
Jadi, kertas hangus.
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas tidak dibakar.
Jadi, kertas tidak akan hangus
.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif ditandai dengan premis mayor alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia seorang guru.
Jadi, dia bukan seorang pengusaha.
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia bukan seorang guru.
Jadi, dia seorang pengusaha.
Entimen
Biasanya, silogisme jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, dalam penarikan kesimpulan tidak mengeksplisitkan premis mayor. Hal ini dikarenakan oleh telah diketahuinya sifat dalam premis mayor tersebut. Dengan demikian, yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Semua peserta upacara ikut berbaris.
Raehani adalah peserta upacara.
Jadi, Raehani ikut berbaris.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, contoh silogisme di atas lebih banyak diungkapkan dalam entimen demikian: “Raehani ikut berbaris karena peserta upacara.” atau “Karena sebagai peserta upacara, Raehani ikut berbaris.”
Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang umum. Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut:
Generalisasi
Generalisasi merupakan proses penalaran yang betumpu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, kawat memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jadi, jika dipanaskan, benda logam memuai.
Analogi
Analogi merupakan proses penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau yang memiliki kemiripan dalam hal-hal tertentu. Apa yang berlaku pada hal yang satu akan berlaku juga pada hal yang lain karena dua hal tersebut memiliki kemiripan.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah bentuk penalaran dengan cara mengaitkan gejala-gejala yang saling berhubungan dalam hukum kausalitas. Penalaran dalam bentuk hubungan kausal ini dapat bertolak dari sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab.
Misalnya, bila kita bakar kayu tentu akan muncul asap (sebab-akibat). Bila dari kejauhan kita tahu ada asap membumbung ke angkasa, maka kita bisa menyimpulkan bahwa di bawahnya terdapat api (akibat-sebab)
Inti/isi karangan Ilmiah
Bagian isi ialah bagian inti dalam karya ilmiah yang meliputi bab pendahuluan, bab landasan teoretis, bab objek lokasi penelitian (khusus praktik kerja), bab pembahasan (analisis data), dan bab penutup. Dengan kata lain, bagian isi merupakan penelitian si penulis.
Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi karangan ilmiah. Bab ini juga memuat landasan kerja dan arahan dalam penyusunan karangan ilmiah.
Pada bagian ini, diuraikan (a) masalah yang akan diteliti, (b) contoh masalah, (c) penjelasan tentang dipilihnya masalah ini bagi penulis atau pun bagi orang lain, dan (d) argumentasi yang logis antara data (realitas) dan teori (harapan).
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan dicapai atau dihasilkan dalam penelitian ini(harus sejalan dengan identifikasi masalah), sedangkan kegunaan penelitian merupakan penegasan tentang manfaat yang akan dicapai baik secara teoretis maupun secara praktis.
Kerangka teori berisikan prinsip-prinsip teori (dari para ahli) yang dijadikan dasar untuk menganalisis data.
1). Klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat merupakan spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan bersifat unik.
2). Jenis Klasifikasi
Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis (dichotomous classification dichotomy).
Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya suatu ciri.
3). Persyaratan Klasifikasi
Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan:
• Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda (gejala) yang diklasifikasikan.
• Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.
• Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali.
Salah Nalar
Kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran disebut sebagai salah nalar. Ada dua jenis kesalahan menurut penyebabnya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan kesalahan karena materi dan proses penalarannya yang merupakan kesalahan formal.
a). Kesalahan Informal
Kesalahan informal biasanya dikelompokkan sebagai kesalahan relevansi. Kesalahan ini terjadi apabila premis-premis tidak mempunyai hubungan logis dengan kesimpulan. Yang termasuk ke dalam jenis kesalahan ini adalah:
Argumentum ad Hominem, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada diri orang". Artinya, kesalahan itu terjadi bila seseorang mengambil keputusan atau kesimpulan tidak berdasarkan penalaran melainkan untuk kepentingan dirinya, dengan mengemukakan alasan yang tidak logis.
Argumentum ad Baculum, kesalahan yang terjadi apabila suatu keputusan diterima atau ditolak karena adanya ancaman hukuman atau tindak kekerasan.
Argumentum ad Verucundiam atau Argumentum Adictoritatis, kesalahan yang terjadi apabila seseorang menerima pendapat atau keputusan dengan alasan penalaran melainkan karena yang menyatukan pendapat atau keputusan itu adalah yang memiliki kekuasaan.
Argumentum ad Populum, kesalahan itu berarti "argumentasi ditujukan kepada rakyat". Artinya, argumentasi yang dikemukakan tidak mementingkan kelogisan; yang penting agar orang banyak tergugah. Hal ini sering dilakukan dalam propaganda.
Argumentum ad Misericordiam, argumentasi dikemukakan untuk membangkitkan belas kasihan.
Kesalahan Non-Causa Pro-Causa, kesalahan ini terjadi jika seseorang mengemukakan suatu sebab yang sebenarnya merupakan sebab atau bukan sebab yang lengkap.
Kesalahan Aksidensi, kesalahan terjadi akibat penerapan prinsip umum terhadap keadaan yang bersifat aksidental, yaitu suatu keadaan atau kondisi kebetulan, yang tidak seharusnya, atau mutlak yang tidak cocok.
Petitio Principii, kesalahan ini terjadi jika argumen yang diberikan telah tercantum di dalam premisnya. Kadang-kadang petitio principii ini berwujud sebagai argumentasi berlingkar: A disebabkan B, B disebabkan C, C disebabkan D, D dan D disebabkan A.
Kesalahan Komposisi dan Divisi, kesalahan komposisi terjadi jika menerapkan predikat individu kepada kelompoknya sementara kesalahan divisi terjadi jika predikat yang benar bagi kelompok dikenakan kepada individu anggotanya.
Kesalahan karena Pertanyaan yang Kompleks, pertanyaan yang dimaksud ini bukan dinyatakan dengan kalimat kompleks saja, namun yang dapat menimbulkan banyak jawaban.
Non Secuitur (Kesalahan Konsekuen), kesalahan ini terjadi jika dalam suatu proposisi kondisional terjadi pertukaran anteseden dan konsekuen.
Ignoratio Elenchi, kesalahan ini sama atau sejenis dengan argumentum ad Hominem, ad Verucundiam, ad Baculum, dan ad Populum yaitu tidak ada relevansi antara premis dan kesimpulannya.
b). Kesalahan Formal
Kesalahan ini berhubungan erat dengan materi dan proses penarikan kesimpulan baik deduktif maupun induktif.
1). Kesalahan Induktif
Kesalahan induktif terjadi sehubungan dengan proses induktif. Kesalahan ini terjadi karena:
Generalisasi yang terlalu luas.
Hubungan sebab akibat yang tidak memadai.
Kesalahan analogi. Kesalahan ini terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial kesimpulan yang ditarik.
2). Kesalahan Deduktif
Dalam cara berpikir deduktif kesalahan yang biasa terjadi adalah kesalahan premis mayor yang tidak dibatasi.
Kesalahan term keempat. Dalam hal ini term tengah dalam premis minor tidak merupakan bagian dari term mayor pada premis mayor atau memang tidak ada hubungan antara kedua pernyataan.
Kesimpulan terlalu luas atau kesimpulan lebih luas dari pada premisnya.
Kesalahan kesimpulan dari premis-premis negatif.
Penyusunan sintesis
Sintesis
Sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.” Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.. Metode Sintesis Melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun satu pandangan dunia.
Beberapa contoh dari pernyataan Sintetik adalah :
1. Langit itu biru.
2. Budi adalah pria yang menyebalkan
3. Anjing itu galak
4. Jerapah memiliki empat kaki
Sintesis Menggabungkan atau mengkompromikan dari pernyataan satu kepada pernyataan lain untuk memperoleh kesimpulan yang komprehensif.
Contoh :
1. Ilmu adalah aktifitas
2. Ilmu adalah metode
3. Ilmu adalah produk
Kesimpulanya Ilmu adalah aktifitas, metode dan produk
Sedangkan sintesis dalam penulisan karya ilmiah pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
karangan ilmiah
Skripsi
Skripsi adalah karrya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1). Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
Tesis
Tesis merupakan karya ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian tehadap suatu hipotesa. jadi misal ada suatu hipotesa atau atau sesuatu yang masih praduga atau butuh diuji kebenarannya maka dilakukanlah pengujian terhadap praduga tersebut. tesis sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. tesis ditulis untuk meraih gelar magister (S2).
Diseratsi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
Tugas Akhir (TA)
Tugas Akhir (TA) adalah hasil tertulis dari pelaksanaan suatu penelitian, yang dibuat untuk pemecahan masalah tertentu dengan menggunkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut.
2. Perbedaan Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Tuags Akhir
Perbedaan dari ketiga jenis karya ilmiah itu secara umum adalah perbedaan dalam mendapatkan gelar. pada skripsi gelar yang akan di dapat adalah sarjana (S1), pada tesis gelar yang dapat diperoleh adalah magister (S2), dan pada disertasi gelar yang didapat adalah doktor (S3).
Selain perbedaan gelar yang didapat ketiga karya ilmiah tersebut memilik perbedaan lainnya.disertasi bobot akademisnya lebih besar daripada tesis, dan tesis bobot akademisnya lebih besar dari skripsi. selain itu permasalahan yang dibahas dalam ketiga karya ilmiah itu berbeda. pada disertasi permasalahan yang dibahas lebih luas dan mendalam daripada kedua karya ilmiah lainnya karena hasil dari disertasi merupakan teori baru atau sesuatu yang baru dan asli diciptakan. pada tesis permasalahan yang dibahas lebih mendalam daripada skripsi.
TA dan Skripsi mempunyai kedudukan yang sama dengan mata kuliah yang lain, tetapi berbeda bentuk, proses belajar mengajar dan cara penilaiannya. Bobot TA dan Skripsi ditentuka 4 SKS yang setara dengan kegiatan akademik setiap minggu 16-20 jam selama satu semester atau setara dengan kegiatan 400-500 jam.
TA dan Skripsi merupakan tugas akhir (final assigment) dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Penelitian yang mendasari penulisan TA dan Skripsi ini dapat berupa penelitian dasar (basic research) atau penelitian terapan (applied research) yang didasari oleh minat intlektual mahasiswa.
Karangan Populer
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
Tiga Masalah Pokok Dalam Menulis Karya Ilmiah :
Masalah Empirisme
Masalah empirisme yang dimaksudkan dalam persoalan menulis yang disebabkan oleh pengalaman di lapangan. Ada tiga pokok yang menyebabkan orang sulit membuat tulisan, yaitu keterbatasan penulis mengembangkan ide, pola tulisan kurang standar, dan kurang berbobot substansi tulisan.
Masalah Retorika.
Retorika maksudnya adalah cara mengungkapan ide. Retorika melalui tulisan tertuang dalam bentuk kelancaran ide, linier tidaknya administrasi, pola penyajian data pendukung, dan pola membuat kesimpulan dari suatu argumentasi. Dalam karya ilmiah, retorika yang dianggap memiliki bobot ilmiah ialah tulisan dengan retorika linear. Dalam bentuk tulisan, retorika ini mengacu pada jenis wacana. Setiap jenis wacana mempengaruhi secara jelas bentuk retorika, pilihan kata (diksi), dan tata bahasa yang digunakan penulis. Dalam aspek ini dikenal dengan jenis wacana yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.Perbedaan mendasar antara masing-masing jenis wacana tersebut meliputi empat hal yaitu teknik penyajian alasan (reasoning), teknik memilih urutan penyajian, teknik penggunaan diksi, dan teknik menerapkan gaya tulisan.
Masalah Linguistik. Masalah linguistik berarti masalah penguasaan bahasa. Dalam aspek ini ada empat hal yang dijadikan acuan yaitu sintaksis, gramatika, diksi dan kosa kata dan mekanik.Aspek sintaksis ialah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalmat sederhana, kalimat majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk-kompleks. Penulis harus menunjukkan penguasaan gramatika secara baik, benar dan standar. Kekeliruan menggunakan gramatika ini sangat mengganggu dan menghilangkan ide. Dari aspek pilihan kata, kekeliruan terjadi misalnya dalam penggunaan kata asing.
Contoh karangan ilmiah popular , kita mempunyai keahlian membuat kue dan ingin mengajarkannya kepada orang lain. Kita tulis bahan-bahannya, cara membuat adonan, cara mencetak, cara memanggang, dan cara menyajikannya secara berurutan kemudian dimuat di suatu majalah, jadilah sebuah karya ilmiah populer. Karya ilmiah populer paling sederhana bisa dilihat di majalah-majalah dinding baik di sekolah maupun di rumah sakit. Di rumah sakit biasa ada tulisan-tulisan cara merawat bayi, cara mengatasi demam berdarah, cara mengatasi muntaber, dan lain-lain. Artikel-artikel tersebut termasuk karya ilmiah populer meskipun ditulis dengan bahasa sederhana dan ringkas, tetapi pada dasarnya ditujukan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
Jurnal ilmiah
Jurnal merupakan suatu kutipan dari laporan di dalam jurnal terdapat point-point penting dari laporan tersebut.
Terdapat berbagai jurnal ilmiah yang mencakup semua bidang ilmu, juga ilmu sosial dan humaniora. Penerbitan dalam bentuk artikel ilmiah biasanya lebih penting untuk bidang ilmu pengetahuan alam maupun kedokteran dibandingkan dengan bidang akademik lain.
Di bawah ini adalah contoh jurnal ilmiah : Bidang IPA:
• Astrophysical Journal – astronomi
• Nature – IPA secara umum
• Oikos – ekologi
• Organic Letters – kimia organik
• Science – IPA secara umum
Indonesia juga banyak memiliki jurnal ilmiah, di bidang Kedokteran dan Kesehatan di antaranya : Medical Journal of Indonesia (MJI) Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia (JIMKI) Majalah Kedokteran Indonesia Jurnal Kesehatan Andalas.
(9) Ciri-ciri Karya Ilmiah Karya ilmiah menggunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang menggunakan istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang tertentu. Oleh karena itu penulis karya ilmiah hendaknya mengambil topic permasalahan karya ilmiah nya sesuai bidang yang ditekuni agar hasil karya-karya ilmiahnya dapat lebih terperinci dan mendalam. Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah antara lain : 1. Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan makna yang sama oleh pembaca. 2. Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnya kurang menguasai materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yang jelas. 3. Tidak Emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal-hal yang diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pada subjektifitas penulisnya. 4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaa, kata, kalimat dan paragraf. Penulis harus menggunakan bahasa mengikuti kaidah tatabahasa agar tulisannya tidak mengandung salah tafsir bagi pembaca. 5. Penggunaan istilah keilmuan, artinya penulis karya ilmiah harus mempergunakan istilah-istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap ilmu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang yang lain. 6. Bersifat dekoratif, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang hanaya memiliki satu makna. 7. Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan. 8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dalam setiap bab. 9. Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiha hendaknya tidak berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan kepada pembaca. 10. Penggunaaan alimat efektif, artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan (bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat mencapai sasaran(Rahayu, 207 : 50).
Persyaratan Penulis Laporan Ilmiah
Dari persyaratan pembuat laporan seperti yang dikemukakan di atas dapat dikemukakan dalam rumusan lain bahwa penulis laporan ilmiah haruslah memenuhi kriteria berikut.
1. Kesesuaian bidang ilmu penulis laporan atau salah satu anggota tim penulis dengan laporan ilmiah yang ditulisnya. Hal ini berkaitan dengan karakter metode ilmiah yang digunakan dalam laporan ilmiah tersebut.
2. Bagi penulis laporan ilmiah pemula, dapat melihat contoh-contoh laporan ilmiah lain yang memiliki banyak kesamaan kebutuhan dari isi laporannya, atau memastikan apakah dari pemberi perintah memberi suatu pagu sistematika tersendiri.
3. Kesediaan intelektualnya untuk selalu membuka pikiran terhadap hal-hal yang baru, dan memungkinkan untuk mengubah keyakinan intelektualnya.
Persyaratan bagi Pembuat Laporan,menurut Mukayat Brotowidjojo :
• memiliki pengetahuan tangan pertama;
• memiliki sifat tekun dan teliti;
• bersifat objektif;
• kemampuan untuk menganalisis dan menyamaratakan;
• kemampuan mengatur fakta secara sistematis;
• pengertian akan kebutuhan pembaca.
Ciri-Ciri Laporan
menurut Mukayat Brotowidjojo
• pembacanya tertentu;
• berupa laporan panjang;
• sangat objektif;
• bahasa dan nada formal;
• perencanaan mantik.
dalam rumusan lain:
• ditujukan kepada pembaca tertentu;
• sistematika laporan disesuaikan dengan pemberi perintah;
• bahasanya formal,
• memerhatikan kaidah-kaidah ilmiah;
• objektif.
Referensi :
http://zuwaily.blogspot.co.id
http://belajarpsikologi.com/abstrak-contoh-abstrak-penelitian
http://bimbimelevens.blogspot.co.id
https://taufikhidayatzein.wordpress.com
http://www.kompasiana.com
Komentar
Posting Komentar