Proses penyusunan karya tulis ilmiah
i.Laporan ilmiah
Karya ilmiah adalah laporan
tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.Definisi yang dikemukakan oeh Brotowidjoyo (1985 : 8-9) adalah, “Karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.” Karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dalam karya ilmiah itu adalah kebenaran yang objektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran yang normatif.
ii. Proses mengarang ilmiah
1. Usahakanlah kalimat-kalimat
yang pendek
Panjang rata-rata kalimat dalam
suatu karangan merupakan sebuah tolok ukur yang
penting bagi keterbacaan.
Kalimat-kalimat harus selang-seling antara panjang dan
pendek. Penulisan kalimat yang panjang
harus diimbangi dengan kalimat-kalimat
yang pendek sehingga meningkatkan
kejelasan karangan.
2. Pilihlah yang sederhana
daripada yang rumit
Kata-kata yang sederhana, kalimat
yang sederhana, bahasa yang sederhana lebih
meningkatkan keterbacaan suatu
karangan. 2
3. Pilihlah kata yang umum
dikenal
Dalam mengarang pakailah kata-kata
yang telah dikenal masyarakat umum sehingga
ide yang diungkapkan dapat secara
mudah dan jelas ditangkap pembaca
4. Hindari kata-kata yang
tidak perlu
Setiap perkataan harus mempunyai
peranan dalam kalimat dan karangan. Kata-kata
yang tak perlu hanya melelahkan
pembaca dan melenyapkan perhatiannya.
5. Berilah tindakan dalam
kata-kata kerja Anda
Kata kerja yang aktif, yang
mengandung tindakan, yang menunjukkan gerak akan
membuat suatu karangan hidup dan
bertenaga untuk menyampaikan pesan/warta yang
dimaksud. Kalimat ‘Bola itu menjebol
gawang lawan’ lebih bertenaga dari “Gawang
lawan kemasukan bola itu”
6. Menulislah seperti Anda
bercakap-cakap
Perkataan tertulis hanyalah
pengganti perkataan yang diucapkan lisan. Dengan
mengungkapkan gagasan seperti halnya
bercakap-cakap, karangan menjadi lebih
jelas.
7. Pakailah istilah-istilah
yang pembaca Anda dapat menggambarkannya
Perkataan yang konkret lebih jelas
bagi pembaca daripada perkataan yang abstrak.
Sebagai contoh, “factory town” (kota
dengan banyak pabrik) lebih mudah ditangkap
maksudnya daripada istilah
“industrial community” (masyarakat industri).
8. Kaitkan dengan pengalaman
pembaca Anda
Istilah-istilah yang abstrak memang
berguna untuk proses pemikiran, tetapi licin
untuk berkomunikasi karena terbuka
bagi macam-macam penafsiran. Karangan yang
jelas ialah bilamana dapat dibaca
dan dipahami pembaca sesuai dengan latar belakang
pengalamannya.
9. Manfaatkan sepenuhnya
keanekaragaman
Karangan tidak boleh senada, datar,
sepi sehingga membosankan pembaca. Harus ada
variasi dalam kata, frase,
kalimat maupun ungkapan lainnya. Kata Disraelli,
“Keanekaragaman dalam karangan
adalah sumber kesenangan dalam pembacaan”
10. Mengaranglah untuk
mengungkapkan, bukan untuk mengesankan
Maksud utama mengarang ialah
mengungkapkan gagasan, dan bukannya
menimbulkan kesan pada pihak
pembaca mengenai kepandaian, kebolehan, atau
kehebatan diri penulisnya.(
Widyamartaya, 1997: 87)
(Disarikan dari buku Robert Gunning,
The Technique of Clear Writing, 1952, Part Two).
Penggunaan Bahasa Tulis
I. Dalam menggunakan kata dan
frase
1. hendaknya dihindari
pemakaian kata atau frase tutur dan kata atau frase setempat,
kecuali bila sudah menjadi perkataan
umum.
2. hendaknya dihindarkan
pemakaian kata atau frase yang telah usang atau mati
3. hendaknya kata atau frase
yang bernilai rasa digunakan secara cermat, sesuai
dengan suasana dan tempatnya.
4. hendaknya kata-kata sinonim
dipakai secara cermat pula karena kata-kata sinonim
tidak selamanya sama benar arti
pemakaiannya.
5. hendaknya istilah-istilah
yang sangat asing bagi umum tidak dipakai dalam
karangan umum
6. hendaknya dihindari
pemakaian kata asing atau kata daerah bila dalam bahasa
Indonesia sudah ada katanya, jangan
menggunakan kata asing hanya karena
terdorong untuk bermegah dan
berbahasa tinggi
7. untuk memperkecil banyaknya
kata kembar dan kata bersaingan, dan untuk
menghindari beban atau pemberat
yang tidak perlu dalam pemakaian bahasa,
sebaiknya dipedomani kelaziman dan
ketentuan ejaan
iii. penyajian karangan ilmiah
1.Secara garis besar, Struktur Penyajian Karya Ilmiah terdiri atas
bagian; Pendahuluan, Pokok pembahasan, dan Penutup. Dengan demikian,
sebuah karya ilmiah akan selalu mulai dengan suatu pengantar yang menuju
ke pokok pembahasan, dan diakhiri dengan penutup yang dapat berupa simpulan dan
rekomendasi.
2.Bagian Pengantar.
Bagian pengantar atau sering disebut pendahuluan dapat berupa latar belakang yang menggambarkan penting nya topik yang akan dibahas, tujuan penulisan, dan mungkin juga ruang lingkup penulisan. Luas cakupan bagian pembuka atau pendahuluan ini bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiah yang ditulis. Ada bagian pendahuluan yang hanya terdiri dari satu atau dua paragraf, ada pula yang terdiri dari satu bab yang dibagi lagi menjadi subtopik.
Bagian pengantar atau sering disebut pendahuluan dapat berupa latar belakang yang menggambarkan penting nya topik yang akan dibahas, tujuan penulisan, dan mungkin juga ruang lingkup penulisan. Luas cakupan bagian pembuka atau pendahuluan ini bervariasi sesuai dengan jenis karya ilmiah yang ditulis. Ada bagian pendahuluan yang hanya terdiri dari satu atau dua paragraf, ada pula yang terdiri dari satu bab yang dibagi lagi menjadi subtopik.
3.Bagian Inti.
Bagian inti atau pokok pembahasan sebuah karya ilmiah merupakan bagian yang paling besar dalam sebuah karya ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang di bahas atau dari jenis karya ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat panjang dan dapat pula sangat singkat. Skripsi, tesis, dan disertasi mungkin mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelompokkan sebagai bagian inti, sedangkan artikel ilmiah mungkin mencamtumkan beberapa subtopik. Namun yang jelas bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kejadian /penelitian yang di lakukan atau hasil kajian yang akan diungkapkan.
Bagian inti atau pokok pembahasan sebuah karya ilmiah merupakan bagian yang paling besar dalam sebuah karya ilmiah. Tergantung dari luasnya masalah yang di bahas atau dari jenis karya ilmiah yang ditulis, bagian pembahasan ini dapat sangat panjang dan dapat pula sangat singkat. Skripsi, tesis, dan disertasi mungkin mencantumkan beberapa bab yang dapat dikelompokkan sebagai bagian inti, sedangkan artikel ilmiah mungkin mencamtumkan beberapa subtopik. Namun yang jelas bagian inti atau pokok pembahasan ini memberi kesempatan kepada penulis untuk memaparkan proses kejadian /penelitian yang di lakukan atau hasil kajian yang akan diungkapkan.
4.Bagian
penutup.
Bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karya ilmiah juga mempunyai struktur kajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain. Sebuah karya ilmiah biasanya ditutup dengan simpulan dan harapan atau rekomendasi. Semua ini merupakan simpulan kajian peserta terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut. Berita atau cerita pendek tidak selalu menutup beita atau ceritanya dengan simpulan dan rekomendasi.
Bagian penutup merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan. Seperti halnya pada bagian pendahuluan dan bagian inti, bagian penutup sebuah karya ilmiah juga mempunyai struktur kajian yang khas, yang berbeda dari bagian penutup jenis tulisan lain. Sebuah karya ilmiah biasanya ditutup dengan simpulan dan harapan atau rekomendasi. Semua ini merupakan simpulan kajian peserta terhadap topik atau masalah yang disajikannya, serta tindak lanjut yang diharapkan terjadi berdasarkan simpulan tersebut. Berita atau cerita pendek tidak selalu menutup beita atau ceritanya dengan simpulan dan rekomendasi.
Referensi :
Komentar
Posting Komentar