24 Virus Mematikan di Bumi
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit
obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam materialhidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung
sejumlah kecil asam nukleat (DNA
atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan
genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel
yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme
multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag
atau fag
digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).Virus sering diperdebatkan statusnya
sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya
secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya
ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia
(misalnya virus influenza dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Kata virus berasal dari bahasa Latin virion
yang berarti 'racun', yang pertama kali digunakan di bahasa Inggris tahun 1392.[1] Definisi "agen yang menyebabkan
infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri
oleh Dmitri
Iwanovsky tahun 1892.
Perjuangan manusia dalam melawan
virus telah dimulai jauh sebelum spesies kita sempurna sampai telah berevolusi
menjadi bentuk modern. Untuk beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus, ada
vaksin dan obat antivirus yang mampu mencegah penyebaran penyakit lebih luas.
Bahkan, penyakit cacar telah berhasil dimusnahkan. Tetapi, wabah ebola
yang terjadi di Afrika Barat menunjukkan bahwa perang kita melawan virus masih
jauh dari selesai.
Berikut adalah 24 virus berbahaya di bumi berdasarkan pada
risiko seseorang meninggal dunia jika terinfeksi dan banyaknya angka kematian
dan orang yang terancam oleh virus ini :
1. Virus Marburg
Para ilmuwan mengidentifikasi virus Marburg pada tahun 1967, ketika wabah kecil terjadi di kalangan pekerja laboratorium di Jerman yang melakukan kontak dengan monyet impor dari Uganda.
Virus Marburg mirip dengan ebola yang keduanya dapat menyebabkan demam tinggi dan perdarahan. Ini berarti orang yang terinfeksi akan mengalami demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan shock, kegagalan organ dan kematian.
Angka kematian saat wabah pertama adalah 25 persen, tapi angkanya naik 80 persen pada wabah tahun 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, serta pada tahun 2005 wabah menimpa di Angola, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
2. Virus Ebola
Wabah ebola pertama pada manusia terjadi bersamaan di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976. Ebola menular melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi ebola
Salah satu virus, Ebola Reston, tidak membuat orang sakit. Tapi untuk virus Bundibugyo, tingkat kematian hingga 50 persen dan meningkat hingga 71 persen untuk virus Sudan, menurut WHO.
3. Rabies
Meskipun vaksin rabies untuk hewan peliharaan yang diperkenalkan pada tahun 1920 telah membuat infeksi ini jarang terjadi di negara maju, tapi rabies masih jadi masalah serius di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Virus ini merusak otak dan ini penyakit yang buruk. Tapi kami memiliki vaksin antirabies, dan kami memiliki antibodi yang bekerja melawan rabies, jadi jika seseorang sempat digigit oleh hewan rabies kita bisa menyembuhkan orang ini," katanya. Meski begitu, tanpa pengobatan seseorang bisa mati.
4. HIV
Di dalam dunia yang modern, HIV masih jadi salah satu pembunuh terbesar. Diperkirakan 36 juta orang telah meninggal akibat HIV sejak penyakit ini pertama kali dikenal pada awal 1980-an. "Penyakit menular yang paling berdampak buruk pada umat manusia saat ini adalah HIV," kata Dr.Amesh Adalja, pakar penyakit menular.
Obat antivirus yang kuat telah memungkinkan bagi orang untuk hidup selama bertahun-tahun dengan HIV. Tetapi penyakit ini masih jadi pembunuh di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana infeksi HIV terjadi sebesar 95 persen. Hampir 1 dari setiap 20 orang dewasa di bagian Sahara Afrika mengidap HIV-positif, menurut WHO.
5. Cacar
Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia telah terbebas dari cacar. Tapi sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun dan penyakit ini menewaskan sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Korban yang masih bisa bertahan dengan korban yang selamat mengalami luka permanen dan biasanya kebutaan.
6. Hanta Virus
Sindrom Hantavirus Pulmonalis (HPS) mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada tahun 1993, ketika seorang yang awalnya sehat yaitu pemuda Navajo dan tunangannya tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat, meninggal dalam beberapa hari saat mengalami sesak napas.
Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, tapi orang terjangkit penyakit itu dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi. Sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah di awal 1950-an, selama Perang Korea. Lebih dari 3.000 tentara terinfeksi dan sekitar 12 persen dari mereka meninggal.
7. Influensa
Menurut WHO, selama musim flu sekitar 500.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit tersebut. Tapi kadang-kadang, ketika virus flu baru muncul akan terjadi pandemi dan jumlah kematiannya lebih tinggi lagi.
Pandemi flu yang paling mematikan, kadang-kadang disebut flu Spanyol, dimulai pada tahun 1918 dan menyebabkan kesakitan pada 40 persen dari populasi dunia serta menewaskan sekitar 50 juta orang. Para ahli kini mencemaskan kemunculan virus influensa baru yang bisa menular dengan cepat antar manusia.
8. Demam Berdarah
Virus demam berdarah pertama kali muncul pada tahun 1950 di Filipina dan Thailand, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Sekitar 40 persen dari populasi dunia sekarang tinggal di daerah di mana demam berdarah adalah endemik, dan penyakit yang dibawa oleh nyamuk itu kemungkinan menyebar lebih jauh.
Menurut WHO, demam berdarah diderita 50 sampai 100 juta orang pertahun. Meskipun tingkat kematian demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lain, sebesar 2,5 persen, virus ini dapat menyebabkan kondisi syok, sama seperti yang dialami pasien ebola.
Belum ada vaksin untuk mencegah demam berdarah, tetapi uji klinis besar vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh pembuat obat Perancis, Sanofi memiliki hasil yang menjanjikan.
9. Rotavirus
Dua vaksin telah tersedia untuk melindungi anak dari rotavirus, penyebab utama penyakit diare yang parah pada bayi dan anak-anak. Virus ini menyebar secara fecal-oral, yang berarti ada partikel dari feses yang masuk ke dalam makanan dan termakan.
Walaupun anak-anak di negara maju jarang meninggal akibat infeksi rotavirus, penyakit ini adalah pembunuh di negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 453.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat infeksi rotavirus pada tahun 2008.
1. Virus Marburg
Para ilmuwan mengidentifikasi virus Marburg pada tahun 1967, ketika wabah kecil terjadi di kalangan pekerja laboratorium di Jerman yang melakukan kontak dengan monyet impor dari Uganda.
Virus Marburg mirip dengan ebola yang keduanya dapat menyebabkan demam tinggi dan perdarahan. Ini berarti orang yang terinfeksi akan mengalami demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan shock, kegagalan organ dan kematian.
Angka kematian saat wabah pertama adalah 25 persen, tapi angkanya naik 80 persen pada wabah tahun 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, serta pada tahun 2005 wabah menimpa di Angola, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
2. Virus Ebola
Wabah ebola pertama pada manusia terjadi bersamaan di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976. Ebola menular melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi ebola
Salah satu virus, Ebola Reston, tidak membuat orang sakit. Tapi untuk virus Bundibugyo, tingkat kematian hingga 50 persen dan meningkat hingga 71 persen untuk virus Sudan, menurut WHO.
3. Rabies
Meskipun vaksin rabies untuk hewan peliharaan yang diperkenalkan pada tahun 1920 telah membuat infeksi ini jarang terjadi di negara maju, tapi rabies masih jadi masalah serius di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Virus ini merusak otak dan ini penyakit yang buruk. Tapi kami memiliki vaksin antirabies, dan kami memiliki antibodi yang bekerja melawan rabies, jadi jika seseorang sempat digigit oleh hewan rabies kita bisa menyembuhkan orang ini," katanya. Meski begitu, tanpa pengobatan seseorang bisa mati.
4. HIV
Di dalam dunia yang modern, HIV masih jadi salah satu pembunuh terbesar. Diperkirakan 36 juta orang telah meninggal akibat HIV sejak penyakit ini pertama kali dikenal pada awal 1980-an. "Penyakit menular yang paling berdampak buruk pada umat manusia saat ini adalah HIV," kata Dr.Amesh Adalja, pakar penyakit menular.
Obat antivirus yang kuat telah memungkinkan bagi orang untuk hidup selama bertahun-tahun dengan HIV. Tetapi penyakit ini masih jadi pembunuh di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana infeksi HIV terjadi sebesar 95 persen. Hampir 1 dari setiap 20 orang dewasa di bagian Sahara Afrika mengidap HIV-positif, menurut WHO.
5. Cacar
Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia telah terbebas dari cacar. Tapi sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun dan penyakit ini menewaskan sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Korban yang masih bisa bertahan dengan korban yang selamat mengalami luka permanen dan biasanya kebutaan.
6. Hanta Virus
Sindrom Hantavirus Pulmonalis (HPS) mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada tahun 1993, ketika seorang yang awalnya sehat yaitu pemuda Navajo dan tunangannya tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat, meninggal dalam beberapa hari saat mengalami sesak napas.
Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, tapi orang terjangkit penyakit itu dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi. Sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah di awal 1950-an, selama Perang Korea. Lebih dari 3.000 tentara terinfeksi dan sekitar 12 persen dari mereka meninggal.
7. Influensa
Menurut WHO, selama musim flu sekitar 500.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit tersebut. Tapi kadang-kadang, ketika virus flu baru muncul akan terjadi pandemi dan jumlah kematiannya lebih tinggi lagi.
Pandemi flu yang paling mematikan, kadang-kadang disebut flu Spanyol, dimulai pada tahun 1918 dan menyebabkan kesakitan pada 40 persen dari populasi dunia serta menewaskan sekitar 50 juta orang. Para ahli kini mencemaskan kemunculan virus influensa baru yang bisa menular dengan cepat antar manusia.
8. Demam Berdarah
Virus demam berdarah pertama kali muncul pada tahun 1950 di Filipina dan Thailand, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Sekitar 40 persen dari populasi dunia sekarang tinggal di daerah di mana demam berdarah adalah endemik, dan penyakit yang dibawa oleh nyamuk itu kemungkinan menyebar lebih jauh.
Menurut WHO, demam berdarah diderita 50 sampai 100 juta orang pertahun. Meskipun tingkat kematian demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lain, sebesar 2,5 persen, virus ini dapat menyebabkan kondisi syok, sama seperti yang dialami pasien ebola.
Belum ada vaksin untuk mencegah demam berdarah, tetapi uji klinis besar vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh pembuat obat Perancis, Sanofi memiliki hasil yang menjanjikan.
9. Rotavirus
Dua vaksin telah tersedia untuk melindungi anak dari rotavirus, penyebab utama penyakit diare yang parah pada bayi dan anak-anak. Virus ini menyebar secara fecal-oral, yang berarti ada partikel dari feses yang masuk ke dalam makanan dan termakan.
Walaupun anak-anak di negara maju jarang meninggal akibat infeksi rotavirus, penyakit ini adalah pembunuh di negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 453.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat infeksi rotavirus pada tahun 2008.
10. H1N1
Virus H1N1 merupakan virus yang menjadi penyebab dari penyakit flu babi
sebuah jenis penyakit influenza. Sampai saat ini flu babi sendiri menurut
catatan dari WHO sudah menyebabkan kematian sebanyak 600.000 orang dan belum
ada obatnya. Flu babi merupaakn pandemi yang dapat menyebar dengan cepat,
karena penyebaran sangat mudah yaitu melalui interaksi manusia lewat udara.
Maka tak heran kalau kita beberapa waktu yang lalu mendapati berita di televisi
dimana semua orang hongkong menggunakan masker untuk mencegah penularan flu
babi.
11. Flu Burung
Flu burung adalah infeksi yang
disebabkan oleh virus influenza (flu) A unggas (burung). Virus influenza A ini
terjadi secara alami di antara burung. Burung liar di dunia mendapatkan infeksi
flu A dalam usus mereka, tetapi biasanya tidak menderita sakit dari infeksi flu
tersebut. Namun, flu burung sangat menular di antara burung dan beberapa dari
virus ini dapat membuat jenis burung peliharaan tertentu, termasuk ayam, bebek,
dan kalkun, menjadi sakit dan membunuh mereka.Unggas yang terinfeksi dapat melepaskan virus influenza dalam air liur mereka, sekresi hidung, dan kotoran. Burung menjadi rentan terinfeksi ketika mereka memiliki kontak dengan kotoran yang terkontaminasi atau dengan permukaan yang terkontaminasi dengan kotoran dari burung yang terinfeksi. Burung peliharaan dapat terinfeksi dengan virus flu burung melalui kontak langsung dengan unggas air yang terinfeksi atau unggas yang terinfeksi lainnya, atau melalui kontak dengan permukaan (seperti kotoran atau kandang) atau bahan (seperti air atau pakan) yang telah terkontaminasi dengan virus.
Infeksi dengan virus flu burung pada unggas domestik menyebabkan dua bentuk utama dari penyakit yang dibedakan oleh ekstrim rendah dan tinggi virulensi. Bentuk “patogen rendah” mungkin tidak terdeteksi dan biasanya hanya menyebabkan gejala ringan (seperti bulu rontok dan penurunan produksi telur). Namun, bentuk yang sangat patogen menyebar lebih cepat melalui kawanan unggas. Bentuk ini dapat menyebabkan penyakit yang mempengaruhi beberapa organ dan memiliki tingkat kematian yang bisa mencapai 90-100% dalam waktu 48 jam.
Flu burung adalah penyakit virus menular yang biasa ditemukan pada burung, terutama unggas air liar seperti bebek dan angsa. Hal ini dapat menyebar ke unggas domestik dan menyebabkan wabah besar
Kebanyakan virus burung tidak berbahaya bagi manusia. Namun, A (H5N1) dan A (H7N9) telah menyebabkan infeksi parah pada manusia. Tingkat kematian untuk A (H5N1) dan A (H7N9) lebih tinggi dari influenza musiman. Virus ditularkan melalui kontak langsung dengan unggas hidup atau mati atau paparan lingkungan yang terkontaminasi, seperti peternakan unggas dan pasar yang menjual beli unggas hidup.
12. Lassa
Demam Lassa adalah penyakit virus
akut yang terjadi di Afrika barat. Penyakit ini ditemukan pada tahun 1969
ketika dua perawat misionaris meninggal di Nigeria. Virus ini dinamai
berdasarkan kota di Nigeria di mana kasus pertama terjadi. Virus ini, anggota
dari keluarga virus Arenaviridae, adalah virus RNA beruntai tunggal dan
zoonosis, atau bawaan hewan.
Demam Lassa merupakan endemik di beberapa bagian Afrika barat termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea dan Nigeria; Namun, negara-negara tetangga dari negara-negara tersebut juga berisiko, sebagai vektor hewan untuk virus Lassa, yang “tikus multimammate” (Mastomys natalensis) didistribusikan di seluruh wilayah. Pada tahun 2009, kasus pertama dari Mali dilaporkan pada wisatawan yang tinggal di Mali selatan; Ghana melaporkan kasus pertama pada tahun 2011 akhir, kasus terisolasi juga telah dilaporkan di Pantai Gading dan Burkina Faso dan ada bukti serologis infeksi virus Lassa di Togo dan Benin.
Jumlah infeksi virus Lassa per tahun di Afrika Barat diperkirakan 100.000 sampai 300.000, dengan sekitar 5.000 kematian. Sayangnya, perkiraan tersebut mentah, karena pengawasan untuk kasus-kasus penyakit tidak dilakukan secara seragam. Di beberapa daerah di Sierra Leone dan Liberia, diketahui bahwa 10% -16% orang masuk rumah sakit setiap tahun mengalami demam Lassa, yang menunjukkan dampak serius penyakit pada penduduk di wilayah ini.
Virus BSL-4 ini memberi kita alasan lain untuk menghindari tikus. Penyebaran virus melalui manusia, bagaimanapun, hanya dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh. Demam Lassa, yang memiliki tingkat kematian 15 sampai 20 persen, menyebabkan sekitar 5000 kematian per tahun di Afrika Barat, khususnya di Sierra Leone dan Liberia. Dimulai dengan demam dan rasa sakit retrosternal (di belakang dada) dan dapat berkembang menjadi pembengkakan wajah, ensefalitis, perdarahan mukosa dan tuli. Untungnya, peneliti dan profesional medis telah menemukan beberapa keberhasilan dalam mengobati demam Lassa dengan obat antivirus pada tahap awal penyakit.
Demam Lassa merupakan endemik di beberapa bagian Afrika barat termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea dan Nigeria; Namun, negara-negara tetangga dari negara-negara tersebut juga berisiko, sebagai vektor hewan untuk virus Lassa, yang “tikus multimammate” (Mastomys natalensis) didistribusikan di seluruh wilayah. Pada tahun 2009, kasus pertama dari Mali dilaporkan pada wisatawan yang tinggal di Mali selatan; Ghana melaporkan kasus pertama pada tahun 2011 akhir, kasus terisolasi juga telah dilaporkan di Pantai Gading dan Burkina Faso dan ada bukti serologis infeksi virus Lassa di Togo dan Benin.
Jumlah infeksi virus Lassa per tahun di Afrika Barat diperkirakan 100.000 sampai 300.000, dengan sekitar 5.000 kematian. Sayangnya, perkiraan tersebut mentah, karena pengawasan untuk kasus-kasus penyakit tidak dilakukan secara seragam. Di beberapa daerah di Sierra Leone dan Liberia, diketahui bahwa 10% -16% orang masuk rumah sakit setiap tahun mengalami demam Lassa, yang menunjukkan dampak serius penyakit pada penduduk di wilayah ini.
Virus BSL-4 ini memberi kita alasan lain untuk menghindari tikus. Penyebaran virus melalui manusia, bagaimanapun, hanya dapat menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh. Demam Lassa, yang memiliki tingkat kematian 15 sampai 20 persen, menyebabkan sekitar 5000 kematian per tahun di Afrika Barat, khususnya di Sierra Leone dan Liberia. Dimulai dengan demam dan rasa sakit retrosternal (di belakang dada) dan dapat berkembang menjadi pembengkakan wajah, ensefalitis, perdarahan mukosa dan tuli. Untungnya, peneliti dan profesional medis telah menemukan beberapa keberhasilan dalam mengobati demam Lassa dengan obat antivirus pada tahap awal penyakit.
13. Dengue
Dengan lebih dari sepertiga dari
populasi dunia yang hidup di daerah-daerah berisiko terinfeksi, virus dengue
merupakan penyebab utama penyakit dan kematian di daerah tropis dan subtropis.
Sebanyak 400 juta orang terinfeksi setiap tahun. Dengue disebabkan oleh salah
satu dari empat virus terkait yang ditularkan oleh nyamuk. Belum ada vaksin
untuk mencegah infeksi dari virus dengue dan upaya perlindungan yang paling
efektif adalah menghindari gigitan nyamuk. Ketika terinfeksi, pengenalan dini
dan pengobatan suportif yang cepat secara substansial dapat menurunkan risiko
komplikasi medis dan kematian.
Dengue telah muncul sebagai masalah di seluruh dunia sejak 1950-an. Meskipun dengue jarang terjadi di daratan Amerika Serikat, dengue adalah endemik di Puerto Rico dan banyak tujuan wisata populer di Amerika Latin, Asia Tenggara dan pulau-pulau Pasifik.
Penyebab utama kematian di daerah tropis dan subtropis adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang menyebabkan demam tinggi, sakit kepala parah, dan, dalam kasus-kasus terburuk, pendarahan. Kabar baiknya adalah bahwa hal itu dapat diobati dan tidak menular. Kabar buruknya adalah tidak ada vaksin, dan Anda bisa mendapatkan virus ini dengan mudah dari gigitan nyamuk-yang terinfeksi menempatkan setidaknya sepertiga dari populasi manusia di dunia menjadi sangat berisiko. CDC memperkirakan bahwa ada lebih dari 100 juta kasus demam berdarah setiap tahun. Virus ini adalah alat pemasaran yang hebat untuk semprotan nyamuk.
Dengue telah muncul sebagai masalah di seluruh dunia sejak 1950-an. Meskipun dengue jarang terjadi di daratan Amerika Serikat, dengue adalah endemik di Puerto Rico dan banyak tujuan wisata populer di Amerika Latin, Asia Tenggara dan pulau-pulau Pasifik.
Penyebab utama kematian di daerah tropis dan subtropis adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang menyebabkan demam tinggi, sakit kepala parah, dan, dalam kasus-kasus terburuk, pendarahan. Kabar baiknya adalah bahwa hal itu dapat diobati dan tidak menular. Kabar buruknya adalah tidak ada vaksin, dan Anda bisa mendapatkan virus ini dengan mudah dari gigitan nyamuk-yang terinfeksi menempatkan setidaknya sepertiga dari populasi manusia di dunia menjadi sangat berisiko. CDC memperkirakan bahwa ada lebih dari 100 juta kasus demam berdarah setiap tahun. Virus ini adalah alat pemasaran yang hebat untuk semprotan nyamuk.
14. CCHF
Hemoragik demam Krimea-Kongo
(CCHF) adalah penyakit luas yang disebabkan oleh virus kutu (Nairovirus) dari
keluarga Bunyaviridae. Virus CCHF adalah penyebab wabah virus demam berdarah
yang parah, dengan tingkat kematian kasus 10-40%.
CCHF adalah endemik di Afrika, Balkan, Timur Tengah dan negara-negara Asia selatan utara.
Demam berdarah Krimea-Kongo adalah penyakit yang umum ditularkan oleh virus kutu-Bourne. Virus penyebab utama wabah demam berdarah dengan tingkat kematian hingga 30%. Hal ini terutama ditularkan ke manusia melalui kutu dan ternak. Penularan dari orang ke orang terjadi melalui kontak langsung dengan darah, dan cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi. Tidak ada vaksinasi ada untuk manusia dan hewan terhadap CCHF.
CCHF adalah endemik di Afrika, Balkan, Timur Tengah dan negara-negara Asia selatan utara.
Demam berdarah Krimea-Kongo adalah penyakit yang umum ditularkan oleh virus kutu-Bourne. Virus penyebab utama wabah demam berdarah dengan tingkat kematian hingga 30%. Hal ini terutama ditularkan ke manusia melalui kutu dan ternak. Penularan dari orang ke orang terjadi melalui kontak langsung dengan darah, dan cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi. Tidak ada vaksinasi ada untuk manusia dan hewan terhadap CCHF.
15. S.A.R.S
Sindrom pernafasan akut (SARS)
adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus coronavirus. SARS pertama
kali dilaporkan di Asia pada Februari 2003 Penyakit menyebar ke lebih dari dua
lusin negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Asia sebelum wabah
global SARS tahun 2003.
Sejak tahun 2004, belum ada kasus yang diketahui dari SARS yang dilaporkan.
SARS atau sindrom pernapasan akut parah adalah penyakit pernafasan parah yang disebabkan oleh coronavirus. Ini pertama kali dilaporkan di Asia sebelum menyebar ke Amerika Utara, Amerika Selatan dan Eropa dalam wabah di seluruh dunia pada tahun 2003 Menurut WHO, sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia terinfeksi selama 2003 wabah. 774 ini telah meninggal.
Virus SARS ditularkan melalui droplet pernapasan yang dihasilkan saat batuk atau bersin. Infeksi terjadi ketika tetesan dari batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi di mulut, mata atau hidung dari orang lain. Infeksi juga dapat terjadi ketika seseorang menyentuh suatu benda atau permukaan yang terkontaminasi dengan tetesan menular dan kemudian menyentuh mulut.
Sejak tahun 2004, belum ada kasus yang diketahui dari SARS yang dilaporkan.
SARS atau sindrom pernapasan akut parah adalah penyakit pernafasan parah yang disebabkan oleh coronavirus. Ini pertama kali dilaporkan di Asia sebelum menyebar ke Amerika Utara, Amerika Selatan dan Eropa dalam wabah di seluruh dunia pada tahun 2003 Menurut WHO, sebanyak 8.098 orang di seluruh dunia terinfeksi selama 2003 wabah. 774 ini telah meninggal.
Virus SARS ditularkan melalui droplet pernapasan yang dihasilkan saat batuk atau bersin. Infeksi terjadi ketika tetesan dari batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi di mulut, mata atau hidung dari orang lain. Infeksi juga dapat terjadi ketika seseorang menyentuh suatu benda atau permukaan yang terkontaminasi dengan tetesan menular dan kemudian menyentuh mulut.
16. Malaria
Malaria adalah penyakit yang
ditularkan oleh nyamuk yang disebabkan oleh parasit. Orang yang mengidap
malaria sering mengalami demam, menggigil, dan penyakit seperti flu. Jika tidak
diobati, mereka dapat mengembangkan komplikasi parah dan mati. Pada tahun 2010
diperkirakan 219 juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia dan 660.000 orang
meninggal, sebagian besar (91%) di Wilayah Afrika.
Malaria adalah penyakit serius yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang menginfeksi Anopheles nyamuk yang menggigit manusia. Gejala awal berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala dan muntah – gejala yang mungkin terlalu ringan untuk diidentifikasi sebagai malaria. Jika tidak diobati dalam waktu 24 jam, dapat berkembang menjadi penyakit parah yang bisa mengakibatkan kematian.
WHO memperkirakan bahwa malaria menyebabkan 207.000.000 episode klinis dan 627.000 kematian, sebagian besar di antara nya adalah anak-anak Afrika, pada tahun 2012. Sekitar 3,5 miliar orang dari 167 negara tinggal di daerah yang beresiko penularan malaria.
Malaria adalah penyakit serius yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang menginfeksi Anopheles nyamuk yang menggigit manusia. Gejala awal berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala dan muntah – gejala yang mungkin terlalu ringan untuk diidentifikasi sebagai malaria. Jika tidak diobati dalam waktu 24 jam, dapat berkembang menjadi penyakit parah yang bisa mengakibatkan kematian.
WHO memperkirakan bahwa malaria menyebabkan 207.000.000 episode klinis dan 627.000 kematian, sebagian besar di antara nya adalah anak-anak Afrika, pada tahun 2012. Sekitar 3,5 miliar orang dari 167 negara tinggal di daerah yang beresiko penularan malaria.
17. Demam Tifoid/Tipes
Demam tifoid adalah penyakit yang
mengancam jiwa yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Di Amerika
Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 5.700 kasus terjadi setiap tahun. Sebagian
besar kasus (hingga 75%) diperoleh saat bepergian secara internasional. Demam
tifoid masih umum di negara berkembang, di mana hal itu mempengaruhi sekitar
21,5 juta orang setiap tahun.
Demam tifoid dapat dicegah dan biasanya dapat diobati dengan antibiotik.
Demam tifoid adalah penyakit serius dan berpotensi fatal yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Bakteri jenis ini hanya hidup di manusia. Orang yang mengidap demam tifoid membawa bakteri dalam aliran darah mereka dan saluran usus dan menularkan bakteri melalui tinja mereka.
Seseorang bisa mendapatkan demam tifoid dengan minum atau makan makanan yang terkontaminasi dengan Salmonella Typhi atau jika limbah terkontaminasi masuk ke air yang digunakan untuk minum atau mencuci piring.
Gejala demam tifoid termasuk demam tinggi, lemah, sakit kepala, sakit perut atau kehilangan nafsu makan. Demam tifoid ditentukan dengan menguji keberadaan Salmonella Typhi dalam tinja atau darah dari orang yang terinfeksi. Demam tifoid diobati dengan antibiotik.
Demam tifoid dapat dicegah dan biasanya dapat diobati dengan antibiotik.
Demam tifoid adalah penyakit serius dan berpotensi fatal yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Bakteri jenis ini hanya hidup di manusia. Orang yang mengidap demam tifoid membawa bakteri dalam aliran darah mereka dan saluran usus dan menularkan bakteri melalui tinja mereka.
Seseorang bisa mendapatkan demam tifoid dengan minum atau makan makanan yang terkontaminasi dengan Salmonella Typhi atau jika limbah terkontaminasi masuk ke air yang digunakan untuk minum atau mencuci piring.
Gejala demam tifoid termasuk demam tinggi, lemah, sakit kepala, sakit perut atau kehilangan nafsu makan. Demam tifoid ditentukan dengan menguji keberadaan Salmonella Typhi dalam tinja atau darah dari orang yang terinfeksi. Demam tifoid diobati dengan antibiotik.
18.Kolera
Kolera adalah infeksi usus akut
yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan
bakteri Vibrio cholerae. Memiliki masa inkubasi singkat, kurang dari satu hari
sampai lima hari, dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan, tanpa rasa
sakit, diare berair berlebihan yang cepat dapat menyebabkan dehidrasi parah dan
kematian jika pengobatan tidak segera diberikan. Muntah juga terjadi pada
kebanyakan pasien.
Kolera tetap menjadi masalah global dan terus menjadi tantangan bagi negara-negara yang mengalami masalah akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi.
Kolera tetap menjadi masalah global dan terus menjadi tantangan bagi negara-negara yang mengalami masalah akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi.
19. Demam Kuning
Demam kuning adalah virus demam
berdarah yang ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi.
Demam kuning telah mewabah dari 400 tahun yang laku. Infeksi menyebabkan spektrum yang luas dari penyakit, dari gejala ringan sampai penyakit berat dan kematian. Warna kuning secara literatur dijelaskan oleh penyakit kuning yang mempengaruhi beberapa pasien, menyebabkan mata kuning dan kulit kuning.
Ada tiga jenis siklus penularan: sylvatic, menengah dan perkotaan. Semua tiga siklus ada di Afrika, tapi di Amerika Selatan, hanya terjadi sylvatic dan demam kuning perkotaan.
Demam kuning Sylvatic terjadi di hutan hujan tropis di mana monyet, terinfeksi oleh nyamuk sylvatic, menyebarkan virus ke nyamuk lain yang menggigitnya; nyamuk ini, pada gilirannya menggigit dan menginfeksi manusia yang memasuki hutan. Ini menghasilkan kasus sporadis, sebagian besar menjangkiti orang-orang yang bekerja di hutan misal nya yang bekerja di bagian logging.
Siklus menengah transmisi demam kuning terjadi pada savana lembab atau semi-lembab Afrika, dan dapat menghasilkan epidemi skala kecil di pedesaan. Nyamuk Semi-domestik menginfeksi monyet dan manusia dan peningkatan kontak antara manusia dan nyamuk yang terinfeksi menyebabkan penyakit. Ini adalah jenis yang paling umum dari wabah yang terlihat dalam beberapa dekade terakhir di Afrika.
Deman kuning Perkotaan mengalami ledakan epidemi besar ketika wisatawan dari daerah pedesaan menyebarkan virus ke daerah-daerah dengan kepadatan populasi manusia yang tinggi. Nyamuk domestik, terutama Aedes aegypti, membawa virus dari orang ke orang. Wabah ini cenderung menyebar keluar dari satu sumber untuk menjangkau area yang luas.
Demam kuning dapat dicegah dengan vaksinasi. Untuk melindungi orang yang tinggal di daerah beresiko tinggi terhadap penularan demam kuning, WHO menerapkan strategi ganda untuk pencegahan epidemi demam kuning pada kampanye imunisasi massal pencegahan diikuti oleh imunisasi rutin pada bayi.
Demam kuning menyebabkan epidemi yang dapat mempengaruhi 20% dari populasi. Ketika epidemi terjadi pada populasi yang tidak divaksinasi, tingkat fatalitas kasus dapat melebihi 50%.
Penyakit ini biasanya terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama biasanya menyebabkan demam, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri punggung, menggigil dan mual. Kebanyakan pasien pulih dari gejala-gejala ini sementara 15% berkembang ke tahap kedua yang sangat beracun. Kembali demam tinggi, sakit kuning menjadi jelas, pasien mengeluh nyeri perut dengan muntah, dan pendarahan di mulut, mata, hidung atau perut terjadi. Darah muncul dalam tinja atau muntah dan fungsi ginjal memburuk. 50% dari pasien yang memasuki fase beracun mati dalam waktu 10 sampai 14 hari.
Tidak ada pengobatan untuk demam kuning. Pasien hanya diberikan perawatan suportif untuk demam, dehidrasi dan gagal napas. Demam kuning dapat dicegah melalui vaksinasi.
Demam kuning telah mewabah dari 400 tahun yang laku. Infeksi menyebabkan spektrum yang luas dari penyakit, dari gejala ringan sampai penyakit berat dan kematian. Warna kuning secara literatur dijelaskan oleh penyakit kuning yang mempengaruhi beberapa pasien, menyebabkan mata kuning dan kulit kuning.
Ada tiga jenis siklus penularan: sylvatic, menengah dan perkotaan. Semua tiga siklus ada di Afrika, tapi di Amerika Selatan, hanya terjadi sylvatic dan demam kuning perkotaan.
Demam kuning Sylvatic terjadi di hutan hujan tropis di mana monyet, terinfeksi oleh nyamuk sylvatic, menyebarkan virus ke nyamuk lain yang menggigitnya; nyamuk ini, pada gilirannya menggigit dan menginfeksi manusia yang memasuki hutan. Ini menghasilkan kasus sporadis, sebagian besar menjangkiti orang-orang yang bekerja di hutan misal nya yang bekerja di bagian logging.
Siklus menengah transmisi demam kuning terjadi pada savana lembab atau semi-lembab Afrika, dan dapat menghasilkan epidemi skala kecil di pedesaan. Nyamuk Semi-domestik menginfeksi monyet dan manusia dan peningkatan kontak antara manusia dan nyamuk yang terinfeksi menyebabkan penyakit. Ini adalah jenis yang paling umum dari wabah yang terlihat dalam beberapa dekade terakhir di Afrika.
Deman kuning Perkotaan mengalami ledakan epidemi besar ketika wisatawan dari daerah pedesaan menyebarkan virus ke daerah-daerah dengan kepadatan populasi manusia yang tinggi. Nyamuk domestik, terutama Aedes aegypti, membawa virus dari orang ke orang. Wabah ini cenderung menyebar keluar dari satu sumber untuk menjangkau area yang luas.
Demam kuning dapat dicegah dengan vaksinasi. Untuk melindungi orang yang tinggal di daerah beresiko tinggi terhadap penularan demam kuning, WHO menerapkan strategi ganda untuk pencegahan epidemi demam kuning pada kampanye imunisasi massal pencegahan diikuti oleh imunisasi rutin pada bayi.
Demam kuning menyebabkan epidemi yang dapat mempengaruhi 20% dari populasi. Ketika epidemi terjadi pada populasi yang tidak divaksinasi, tingkat fatalitas kasus dapat melebihi 50%.
Penyakit ini biasanya terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama biasanya menyebabkan demam, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri punggung, menggigil dan mual. Kebanyakan pasien pulih dari gejala-gejala ini sementara 15% berkembang ke tahap kedua yang sangat beracun. Kembali demam tinggi, sakit kuning menjadi jelas, pasien mengeluh nyeri perut dengan muntah, dan pendarahan di mulut, mata, hidung atau perut terjadi. Darah muncul dalam tinja atau muntah dan fungsi ginjal memburuk. 50% dari pasien yang memasuki fase beracun mati dalam waktu 10 sampai 14 hari.
Tidak ada pengobatan untuk demam kuning. Pasien hanya diberikan perawatan suportif untuk demam, dehidrasi dan gagal napas. Demam kuning dapat dicegah melalui vaksinasi.
20. Anthrax
Anthrax adalah penyakit menular
serius yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang gram positif dikenal
sebagai Bacillus anthracis. Anthrax dapat ditemukan secara alami dalam tanah
dan sering mempengaruhi hewan di seluruh dunia. Meskipun jarang, orang bisa
sakit karena anthrax jika mereka melakukan kontak dengan hewan yang terinfeksi
atau produk hewan yang terkontaminasi.
Bakteri Bacillus anthracis menghasilkan spora yang dapat hidup selama bertahun-tahun di dalam tanah. Anthrax lebih sering terjadi pada hewan ternak, meskipun manusia dapat terinfeksi juga. Anthrax tidak menular. Seseorang dapat terinfeksi hanya ketika bakteri masuk ke dalam kulit, paru-paru atau saluran pencernaan.
Ada tiga jenis antraks: antraks kulit, antraks inhalasi dan antraks gastrointestinal. Gejala antraks kulit termasuk demam, nyeri otot, sakit kepala, mual dan muntah. Antraks inhalasi dimulai dengan gejala seperti flu, yang berlangsung dengan gangguan pernapasan berat. Syok, koma dan kemudian kematian. Kebanyakan pasien tidak sembuh bahkan jika diberikan antibiotik yang tepat karena racun yang dikeluarkan oleh bakteri anthrax. Gejala antraks gastrointestinal termasuk demam, mual, sakit perut dan diare berdarah.
Anthrax diobati dengan antibiotik.
Bakteri Bacillus anthracis menghasilkan spora yang dapat hidup selama bertahun-tahun di dalam tanah. Anthrax lebih sering terjadi pada hewan ternak, meskipun manusia dapat terinfeksi juga. Anthrax tidak menular. Seseorang dapat terinfeksi hanya ketika bakteri masuk ke dalam kulit, paru-paru atau saluran pencernaan.
Ada tiga jenis antraks: antraks kulit, antraks inhalasi dan antraks gastrointestinal. Gejala antraks kulit termasuk demam, nyeri otot, sakit kepala, mual dan muntah. Antraks inhalasi dimulai dengan gejala seperti flu, yang berlangsung dengan gangguan pernapasan berat. Syok, koma dan kemudian kematian. Kebanyakan pasien tidak sembuh bahkan jika diberikan antibiotik yang tepat karena racun yang dikeluarkan oleh bakteri anthrax. Gejala antraks gastrointestinal termasuk demam, mual, sakit perut dan diare berdarah.
Anthrax diobati dengan antibiotik.
21. Virus Junin
Virus Junin, yang menyebabkan
penyakit Argentine Hemorrhagic Fever (AHF), ditemukan pada tahun 1958.
Pada kasus ini, penderita akan menderita peradangan di seluruh tubuh dan
pendarahan di kulit. Pada tahap awal infeksi, akan sangat sulit
mengidentifikasi bahwa seseorang terserang virus Junin. Angka kematian
penderita yang disebabkan virus ini mencapai 30%.Vaksin virus Junin dikenal dengan nama Candid #1, dan terbukti aman untuk primata. Kemudian, setelah dilakukan tes pada manusia dan berhasil, vaksin ini juga disuntikkan pada lebih dari 6500 petani di Argentina ketika terjadi endemik virus Junin. Hasilnya, vaksin ini punya tingkat keberhasilan hingga 84%.
22. Crimea
Virus Crimea terindentifikasi
pertama kali pada 1944 di Crimea, wilayah Ukraina yang baru-baru ini memilih
bergabung dengan Rusia. Namun, pada tahun 1969 virus ini kembali ditemukan di
Kongo sehingga diperoleh nama Crimean-Congo Hemorrhagic Fever (CCHF).Virus yang satu ini ditularkan oleh kutu dan peradangannya mirip dengan Marburg dan Ebola. Pada hari-hari pertama infeksi, penderita akan memiliki tanda berdarah di bagian wajah, mulut dan faring. Baik bagi hewan maupun manusia, belum ada vaksin untuk virus ini. Pasien penderita virus Crimea akan diberikan penanganan intensif yang meliputi transfusi darah, pemberian antibiotik, hingga suntikan pada pembuluh darah atau intravena.
23. Machupo
Termasuk dalam Arenaviridae
family, virus ini menyebabkan Bolivian Hemorrhagic Fever (BHF)
atau Tipus Hitam. Pertama kali diidentifikasi pada 1959 oleh National
Institutes of Health yang dipimpin Karl Johnson. Infeksi virus ini
menyebabkan demam tinggi dan pendarahan berat. Hampir mirip dengan virus Junin,
virus Machupo juga dibawa hewan pengerat dan bisa ditularkan dari manusia ke
manusia.Sebenarnya, Ribavirin juga digunakan untuk penanganan virus Machupo. Namun, Ribavirin tidak cukup efektif bagi manusia yang menderita virus Machupo. Virus Machupo hanya bisa dicegah; dan cara pencegahan virus yang dianggap paling efektif adalah menghindari kontak dengan hewan pengerat.
24. Kyasanur Forest Virus (KVF)
Virus ini menyebar di hutan di pantai barat daya India tahun 1955. Virus ini ditularkan oleh kutu dan ilmuwan mengatakan sulit untuk mengidentifikasi perantara virus lainnya. Diasumsikan bahwa tikus, burung, dan babi bisa menjadi ‘rumah’ bagi virus untuk berkembang biak. Orang yang menderita virus ini akan menderita demam tinggi, sakit kepala,dan nyeri otot yang mengakibatkan pendarahan.Pasien yang terjangkit virus ini akan mendapat penanganan berupa terapi suportif, pemberian analgesik dan antipiretik. Sementara, cairan infus diberikan pada pasien yang mengalami hipotensi atau tekanan darah rendah. Menurut data Public Health Agency of Canada, vaksin formalin KFDV yang dibuat dari embrio ayam telah dilisensi dan terbukti efektif digunakan di Katarnaka, India.
Referensi :
http://wikipedia.org
Komentar
Posting Komentar